Table of Contents
ToggleLibur Semester Ganjil Desember 2025: MBG Tetap Berjalan, Tapi Seperti Apa?
Nah, libur semester ganjil Desember 2025 mulai diterapkan di beberapa sekolah di Indonesia. Tapi, ada yang menarik: program Makan Bergizi Gratis (MBG) justru *tidak pernah tidur*. Meski sekolah tutup, makanan bergizi ini tetap siap diantar ke anak-anak. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, justru mengungkapkan bahwa MBG jadi lebih
“menggemaskan”
seiring adaptasi di masa liburan. Bagaimana caranya? Mari kita pelajari lebih lanjut.
Kelompok 3B: MBG Tak Terpengaruh Libur
Dadan menjelaskan bahwa program MBG untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita tetap berjalan seperti biasa.
“Untuk ibu hamil, ibu menyusui dan anak balita seperti biasa,”
ujarnya saat diwawancara, Minggu (21/12/2025). Meski libur, pihaknya memastikan pemberian makanan bergizi tetap dilakukan dengan tetap memprioritaskan kualitas dan kebutuhan nutrisi anak. Bagi kelompok ini, MBG jadi bagian penting dari upaya memperbaiki gizi, terutama saat keterbatasan akses ke makanan sehat jadi lebih terasa.
“Untuk Anak sekolah, masing-masing SPPG perlu melakukan inventarisasi berapa banyak dan berapa sering anak-anak bersedia ke sekolah,”
ujar Dadan.
Komentar ini menggambarkan respons BGN yang kreatif. Mereka tak hanya mempertahankan program MBG, tapi juga mengajak sekolah untuk
“memetik”
data langsung dari anak-anak. Dengan mengetahui kebiasaan siswa, SPPG bisa menyesuaikan pengambilan makanan agar lebih efisien. Ternyata, banyak orang tua yang banting tulang untuk membawa anak ke sekolah agar bisa mengambil MBG, meski hanya sejenak.
MBG di Luar Sekolah: Menu Siap Santap untuk 4 Hari
Sementara itu, di awal libur, BGN memberikan alternatif berupa menu siap santap seperti telur, buah, susu, abon, atau dendeng. Dadan mengatakan, menu ini hanya berlangsung selama 4 hari, dengan harapan anak-anak tetap mendapat asupan gizi.
“Awal libur diberikan makanan siap santap untuk maksimal 4 hari dengan menu berkualitas seperti telur, buah, susu, abon, atau dendeng,”
tambahnya.
“Orang tuanya boleh yang ambil, kan sudah ditempatkan di tas. Prinsipnya kan kita memberi makan bergizi untuk perbaikan gizi, jadi meski libur kita usahakan anak-anak tetap dapat asupan gizi,”
ujar Nanik Sudaryati Deyang, Wakil Kepala BGN.
Yang menarik, Nanik menekankan bahwa MBG bisa diambil oleh orang tua. Ini menjadi solusi praktis untuk siswa yang mungkin sulit mengakses makanan bergizi selama libur. Tapi, ada kendala: di Bojonegoro, 14 SPPG gagal menyalurkan MBG sejak awal Desember karena dana belum cair. Pertanyaan retoris muncul: bagaimana anak-anak di sana bisa tetap terjamin gizinya? Jawabannya terletak pada kebijakan adaptasi yang cepat.
Kontroversi dan Keberlanjutan: MBG di Bogor yang Viral
Di Ciseeng, Bogor, MBG berbentuk kacang dan keripik tempe jadi sorotan. Menu ini justru viral di media sosial, sebab menawarkan variasi yang berbeda dari biasanya. Dadan mengatakan pihaknya akan melakukan inspeksi ke SPPG untuk memastikan distribusi tetap memenuhi standar.
“Kita perlu memastikan setiap anak tetap mendapat manfaat dari program ini,”
katanya. Bagi BGN, MBG bukan hanya tentang mengisi perut, tapi juga tentang membentuk kebiasaan sehat yang berkelanjutan.
Kontekstualisasi dari program ini jelas: libur semester bisa jadi jembatan untuk memperkuat dampak nutrisi anak-anak. Dengan fleksibilitas distribusi, BGN membuktikan bahwa program kebijakan bisa
“beradaptasi”
tanpa kehilangan tujuannya. Bagi siswa, ini artinya tetap bisa menikmati makanan bergizi, sekalipun tidak sekolah. Bagi masyarakat, MBG jadi kenangan berkesan—program yang tidak hanya menyambungkan makanan, tapi juga menyambungkan harapan untuk masa depan yang sehat.



