Table of Contents
ToggleKonflik di RSU Kota Tangerang Selatan: Video Viral yang Memekakkan Telinga
Sebuah video viral di media sosial kemarin memicu perdebatan heboh. Adegan memekakkan telinga itu terekam dalam rekaman pendek yang menyebar cepat di berbagai platform. Dalam video tersebut, dua orang yang diduga mata elang (matel) terlihat berdebat dengan pengemudi mobil di area RSU Kota Tangerang Selatan. Mereka berdiri di depan mobil, menatap tajam ke dalam kabin, sementara si pengemudi tetap tenang di kursi depan. Tak terduga, perdebatan ini melibatkan seorang wanita di kursi penumpang yang juga ikut bicara. Bagaimana mungkin pertengkaran sederhana di area rumah sakit bisa mengundang perhatian ratusan ribu orang? Ini jadi pertanyaan yang memancing rasa penasaran.
Adegan Memekakkan Telinga:
“Mau ke mana, enggak mau di sini!”
“Mau ke mana, enggak mau di sini!”
Saat video itu diunggah, suasana di RSU Kota Tangerang Selatan seolah berubah. Suara cekcok antara dua matel dan pengemudi mobil terdengar jelas, meski tidak terlalu keras. Tapi, cukup menggugah emosi. Si pengemudi, yang tampak sedikit kesal, berteriak,
“Enggak mau di sini. Kalau mau jangan di sini, di Polres ayo,”
sambil mencoba memperjelas posisi mereka. Di sisi lain, suara wanita di kursi penumpang juga terdengar, terkesan meminta bantuan.
“Matel ini. Matel, tolong,”
kata wanita itu, mungkin mengantisipasi kemungkinan konflik memuncak. Siapa sangka, percakapan sederhana ini bisa jadi bahan analisis dan penasaran publik?
“Enggak diambil, cuma diketuk saja,”
kata Kanit Reskrim Polsek Pamulang, Iptu Wawan, saat dikonfirmasi Sabtu (20/12/2025).
Komentar dari Iptu Wawan membantu memperjelas bahwa aksi dua matel itu tidak terlalu memperparah situasi. Mereka hanya menghampiri mobil dan menegur, bukan memaksa pengemudi keluar. Tapi, kejadian ini tetap memicu reaksi di media sosial. Banyak orang memperdebatkan apakah matel itu memang mengambil kesempatan di area rumah sakit, atau hanya kebetulan saja. Bahkan, ada yang menilai perdebatan tersebut adalah bentuk kebiasaan sosial yang sering terjadi di jalanan Jakarta. Ternyata, konflik kecil bisa jadi cerminan dari kehidupan kota yang sibuk dan sering terjadi tumpang tindih antara kebutuhan individu dan ketertiban umum.
Konteks yang Tersembunyi: Siapa Sih Matel itu?
Yang menarik, dalam video tersebut, terdengar suara anak menangis. Seorang anak mungkin sedang menunggu orang tua di luar mobil, atau justru menjadi korban kejadian ini. Suara menangis itu semakin memperumit situasi, membuat kita bertanya: Apa yang membuat dua matel tiba-tiba memicu konflik dengan pengemudi mobil? Apakah ada alasan khusus, seperti perselisihan lama, atau mungkin hanya karena kebetulan?
“Kalau mau jangan di sini, di Polres ayo,”
ujar suara pengemudi melalui video yang beredar.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa suara pengemudi ini mungkin mengandung pesan yang lebih dalam. Mungkin ia merasa dihakimi atau dianggap bersalah karena kejadian tertentu. Bagaimana mungkin seseorang bisa merasa takut hanya karena berdebat di area publik? Kita mungkin mulai merenungkan tentang peran matel sebagai penegak hukum atau pelaku yang sering dianggap ‘menang’ dalam pertengkaran. Tapi, dalam kasus ini, mereka justru menunjukkan sisi manusiawi yang kompleks.
Kesimpulan: Pelajaran dari Konflik yang Viral
Konflik di RSU Kota Tangerang Selatan, meski singkat, mengingatkan kita tentang pentingnya kesabaran dan komunikasi yang baik. Tidak semua pertengkaran berujung pada kekerasan, tapi bisa jadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang penuh tekanan. Bagaimana dengan dua matel itu? Mungkin mereka hanya ingin memastikan keteraturan, atau justru mengungkapkan frustrasi mereka sendiri. Yang jelas, video ini jadi bahan cerita yang membuat kita berpikir, merasa, dan bahkan menghakimi.
Bagi pengemudi, suara ‘di Polres ayo’ mungkin menjadi bantahan terhadap pihak yang dianggap tidak adil. Tapi, bagi matel, itu justru adalah cara mereka mengatasi masalah dengan tindakan sederhana. Dalam dunia yang sering kali terasa berat, mungkin kejadian seperti ini bisa jadi cerminan kecil tentang bagaimana kita semua harus saling menghargai—baik yang melanggar, maupun yang terkena dampaknya. Dan siapa tahu, mungkin suara anak menangis itu pun akan menjadi pemicu perubahan pola pikir di masa depan?



